Manusia itu menyukai kesempurnaan,tapi sungguh kesempurnaan itu tiada bagi manusia dan alam dunia. Justru ketidak sempurnaan itulah yang menjadi “sempurna” nya alam dunia ini beserta manusia sebagai penghuninya.
Andainya alam dunia beserta manusia ini sempurna,tentunya alam dan manusia ini telah menjadi “swarga loka”
Telah diceritakan dalam puncak Epos Barathayuda (Pandawa – kurawa) sama-sama tidak memiliki kesempurnaan,justru kesempurnaanya terletak jika dua pihak ini sama-sama eksis dan lestari di dunia.
Karena bagaimana mungkin hadir kebaikan tanpa ada kejahatan,dan bagaimana mungkin ada yang kiri tanpa hadirnya yang kanan.
Semua macam keadaan,perilaku,tabiat punya tempatnya sendiri – sendiri.
Pluralisme adalah sebuah keniscayaan.
Keberagaman paham dan pandangan adalah Anugrah.
Kesamaan paham dan pandangan adalah malapetaka “kosmik”
Seperti di ceritakan dalam epos barathayuda,Bagaimana setelah Pandawa membinasakan,seluruh kurawa,pada akhirnya mereka juga kehabisan daya kekuatan dan mereka akhirnya juga gugur satu persatu,sampai tertinggal Prabu Yudhistira (kalimasada sejati).
Bahkan konon di ceritakan Prabu yudhistira memohon kepada para dewa agar segenap kurawa dan pandawa di hidupkan lagi. Dan perang,intrik,cerita dimulai lagi sehingga alam bisa lestari.
Memang tidaklah dapat di jadikan stigma bahwasanya Pandawa dan kurawa adalah yang baik dan yang jahat./yang salah dan yang benar. Tapi keberadaan merekalah perlambang isi alam ini.keberadaan mereka berdualah sebuah “kebenaran dan kesempurnaan” yang satu tidak bisa hadir tanpa yang lain.
Pandawa tak mungkin ada tanpa kurawa,begitu juga sebaliknya.Kurawa juga tidak mungkin ada tanpa pandawa.
Kehadiran mereka akan terus bergantian,ber iringan,tanpa henti dan tiada habis-habisnya.begitulah alam ini berjalan,
Begitulah perlambang dari sang hyang Esa.
Syariat tak mungkin terbingkai tanpa adanya Hakikat,begitu juga sebaliknya.
Tapi juga dipersilahkan bagi yang ingin menjalankan Syariat saja / Hakikat saja.
Tapi sekali lagi “apa iya pemahamanya seperti itu” rasanya kok membela salah satu umat saja, (kurang adil rasanya)Padahal “Rasa”adalah piranti terpenting dari keadaan kekhusyukan jiwa tiap manusia.dan bukankah seluruh umat juga Sang Hyang Esa yang menciptakanya dan memberinya Berkah.dan Tuhan yang Esa tidak menilai seseorang (manusia) dari keberadaan mereka dalam suatu kelompok /umat. Akan tetapi dari budi pekerti manusia itu sendiri,tidak peduli dia berada di umat / kelompok yang mana.
Jadi amat tidak mungkin jika Tuhan yang Esa memanjakan, satu umat dan “meng-anak tirikan” umat yang lain.
Tuhan yang maha Esa tidak demikian,yang ber-dharma baik akan dibalas kebaikan, yang ber-dharma buruk akan merasakan hasilnya juga.
Tidak peduli mereka berada di umat / kelompok yang mana,hal ini dalam tradisi jawa disebut “ngunduh wohing pakarti”.
Mari hentikan pertikaian,permusuhan karena perbedaan pendapat atas nama agama / apapun,karena kita semua (makhluk hidup) adalah saudara,keberadaan kita semua adalah suatu kebenaran dan tidak di benarkan “merasa paling benar sendiri”……………sarwa mangalam…………….
SEMOGA SEMUA MAKHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Kunjungi:
penglarisdagang.blogspot.com
peletpengasihan.blogspot.com
Email :suhu_burhan@yahoo.co.id
Telp :085 733 263 345